FUTURE [Prolog & Part1]

suzy minho minzy krystal minstal myungsoo myungzy irene kyuhyun onew lee choi cho ff fanfiction romance comedy school bagus recomendation rekomendasi keren silah oskab im gotzy markzy myungzy bae sad happy lucu romance family friedship tumblr cerita cerpen cerbung

FUTURE
Prolog & Part 1
“Mawar”
OSKAB IM
Suzy, Minho, Kyuhyun, Irene, Onew
Friendship, Family, Romance
PG-13

Part 1 | Part 2 | Part 3

Warning! Typo everywhere.

♥♥♥

SUMMARY

Suzy memiliki keyakinan besar akan masa depannya. Ia mempersiapkan segalanya dengan matang tanpa memerdulikan kehidupan yang kerap mencekiknya.

Minho selalu ada disisi Suzy. Lelaki jangkung dengan mata besar itu menjadi penopangnya dimanapun kapanpun. Minho tidak pernah berfikir untuk menyukai Suzy lebih dari yang ia lakukan saat ini.

Irene Bae, kakak Suzy yang terpisah lama dengannya mulai mencari keberadaan adiknya di Seoul, membawa dirinya pada cinta yang berujung kesakitan pada Kyuhyun Cho yang ternyata menyimpan rasa pada adiknya.

Kyuhyun adalah orang paling egois dan penuh kuasa. Demi Suzy, ia dapat melakukan apa saja, Bahkan membunuh sahabat gadis itu sekalipun.

Suzy dan Minho masih bersama. Mereka masih mencari jati diri dan masa depan mereka. Tanpa mereka sadar, keduanya memiliki ketakutan yang sama.

♥♥♥

Hujan dapat berarti apapun. Gemerisik air dan bau basahnya membuat sebagian orang terhipnotis dan memilih berpangku dagu menatap kearahnya.

Aku masih ingat bagaimana Kau menyatakan tetes air yang jatuh itu.

-Aku merindukanmu, seperti matahari merindukan hujan. Sekalinya mereka bertemu akan menciptakan lengkungan pelangi yang indah-


-Aku bersamamu seperti tetes hujan yang terus jatuh. Tak pernah menyerah meluluhkan bebatuan-

♥♥♥

PROLOG

Suzy mendesah berat dan memeluk tubuhnya sendiri. Diambilnya selimut dan dibalutnya hingga Ia merasa seperti kepompong. Tangan mungil yang gemetar meraih radio kecil. Bibirnya melengkung diantara warna kebiruan yang kering.

Hujan. Rumah sederhana yang kerap bocor ini senang sekali membuatnya serasa akan mati beku. Suzy tidak begitu menyukai hujan. Hal yang membuatnya menerima tetes air langit itu hanya Minho. Dengan perkataan lembut pria itu, Ia dapat toleran terhadap hujan. Bahkan dengan air yang sialnya merembes dari dinding dekat jendela yang hampir mengenai kasurnya, Suzy hanya dapat menghela panjang.

Dingin. Ia dapat merasakan angin masuk menembus tulangnya, dan rongga hidungnya terasa perih hingga memerah. Bukan hanya tangan, namun seluruh badannya menggigil. Selimut tebal usangnya tidak begitu membantu. Namun setidaknya, Suzy masih bertahan dengan kehangatan hatinya. Bagian yang akan selalu hangat meski badannya sebeku bongkahan es.

Jemari yang bergetar itu menggenggam ponsel keluaran dulu yang tiap satu jam baterainya habis. Suzy tidak punya uang lebih untuk membeli ponsel baru. Ponsel peninggalan almarhum ayahnya sudah cukup baginya. Meski ia harus rela mengecas lama demi mendapatkan satu jam, belum lagi jika dipakai menelfon. Ponsel ini dapat mati hanya dalam kurun kurang dari setengah jam. Dan semoga suaranya tidak begitu bergetar akibat kedinginan.

“Oh, sudah mulai” pekiknya. Radio itu di taruh atas meja kecil samping tempat tidur. Suzy bergelut, bergumul menyamankan diri dan mulai menekan nomor pada ponselnya. Menunggu dial, dan menggigit bibir bawahnya menahan tawa.

“Ada penelfon masuk! Oh, ini lebih cepat dari yang kuduga, Hallo pendengar, bersama Choi Minho disini, Apa anda akan membagi beberapa cinta?” Suzy menahan ledakan tawanya sekali lagi. Suara riang berlebihan Minho terdengar menggelikan. “Hallo?” sapa Minho lagi, kali ini dengan nada yang agak membingungkan. “Hai, apa ni waktunya curhat?” tanya Suzy dengan suara dibuat-buat.

Minho selalu mengisi acara radio setiap minggunya. Acara yang paling dinanti ‘talk to world’ dengan tema curhat tanpa memberi tau nama sesungguhnya. Ini sangat seru karena siapapun dapat mengutarakan perasaannya dan didengar oleh siapa saja. Banyak diantara mereka yang menyatakan cinta disana, menolak ajakan kencan, sampai ibu-ibu yang bercerita mengenai keburukan suami mereka ataupun sebaliknya. Hampir seluruh penjuru Korea Selatan meluangkan waktu mendengar acara ini setiap minggunya.

“Katakan saja Aku mawar,” Suzy menghela sebentar begitu mendengar cekikikan samar Minho. Baik, siapapun mungkin akan tertawa mendengar nama samarannya yang lebih awam digunakan sebagai inisial palsu para penjahat dikolom berita. “Aku tidak menyukai sahabatku” Suzy mengulum senyum. Sepersekon kemudian, suara berat disebrang menyahutinya, “kenapa? Wah, ini akan menarik”

“Ia selalu membuatku merasa kesal,” tanpa sadar Suzy mengendus sebal.

“Mungkin dia menyukaimu” sahut Minho. Suzy memutar matanya, “tunggu dulu, jangan memotong” sergah Suzy.

“Oh, baiklah mawar” tawa Minho kembali berderai. Dan Suzy yakin, pendengar lainnya juga melakukan hal yang sama setelah mendengar nada mengejek Minho saat menyerukan Mawar.

“Dia selalu mengocehiku tentang ini itu. Mengikatku, memonitoriku, Aku bahkan tidak boleh ikut festival budaya setiap tahunnya dengan alasan yang tidak jelas. Padahal ia sendiri pergi kesana, tidak ingin melewatkan pemandangan indah para wanita dengan pakaian terbaik korea katanya” Ia mengendus diakhir kalimat.

Suzy ingat bagaimana sahabatnya itu melarangnya hanya karena festival budaya harus berdandan secantik mungkin. Katanya, Ia tidak ingin Suzy menjadi bahan bullyan oleh gadis-gadis sekolah. Suzy gadis tercantik, selalu begitu alasannya. Dan ia tidak ingin kecantikan Suzy membuat iri para wanita, dan dapat membuat mereka bertindak anarkis.

“Hey, itu tidak adil!” seru Minho. Suzy mengangguk didepan radio, “jadi, Aku wajar membencinya?” tanya Suzy hati-hati.

“tentu saja”

“Kau tau?” Suzy berhenti sejenak, bibirnya mengatup sebentar lalu berderap kearah pojok ruangan, menghindari dingin yang menembus lewat atap. Kali ini ia berkata tanpa aksen dibuat-buat, dengan suara aslinya, “sahabatku adalah seorang pria menyebalkan. Dengan mata belo, tubuh jangjung, kulit kecoklatan, tingkah jahil yang-“

“Tunggu, kau, SUZY?!” Pekik Minho. Radio Suzy menggema. Dan ketika gadis dengan rambut bergelombang itu baru akan menjawab, ponselnya mati. Layar hitam dan rasa panas persegi panjang yang kemudian mendingin itu membuat Suzy sedikit mendumel. Dan Ia dapat mendengar erangan tak terima Minho dari radio kecilnya.

Matanya melengkung dan tawanya terdengar renyah. Dengan tubuh yang masih mengigil Suzy mematikan radionya. Sesekali Ia juga harus mengerjai Minho, menyeimbangi jahilnya pria itu.

“Sudah berhenti” selimut usang dieratkan. Hujan baru saja berhenti. Dan beberapa menit lagi, setelah tubuhnya benar-benar siap bangkit tanpa selimut, Suzy akan mengepel rumah kecilnya. Mengeringkan marmer hitam tanpa alas yang sering kali membuat tubuhnya menegang mendapati dingin yang menusuk lewat jari-kari kaki dan telapaknya. Tidak akan memakan waktu lama karena hanya ada satu kamar, satu ruang tamu, dan satu ruang tengah. Ia tidak perlu mengepel kamar mandi. Dapur? Suzy tidak memiliki dapur. Ia membuat sekat di ruang tengahnya dengan rak yang dibuatnya bersama Minho dulu dan menaruh beberapa peralatan seperti kompor dan rak piring disana. Itu dapur.

Namun kali ini, Suzy tidak dapat meredakan hawa dingin di tubuhnya. Ia tidak memiliki kesempatan untuk sekedar berdiri atau Ia akan ambruk jika nekat. Sehingga Suzy hanya dapat merangkak kekasur yang tidak memiliki tempat tidur, membalut tubuhnya dengan selimut lebih erat lagi dan memaksakan kelopak matanya tertutup.

♥♥♥

PART 1 : Mawar

Hampir tiga jam dan Suzy menguap kecil sebelum membuka mata. Hal pertama yang dirasakannya adalah tubuhnya yang membaik. Kini ia dapat bangkit dan membersihkan seluruh ruangan. Ia tidak boleh terus membiarkan rumahnya kebanjiran atau Ia akan sakit sendiri.

Suzy menegakkan punggung. Rasa perih akibat tidur dengan kasur tipis membuatnya meringis. Gadis itu memukul pelan bahunya lalu bangkit. Bersiap mendesah lagi setelah melihat betapa miris rumah kecilnya. Namun itu tidak terjadi. Air yang tadi hampir menyentuh kasur tidak berbekas lagi. Lantai sudah wangi dan harum mawar terasa mengambang disana.

Setangkai mawar segar dan kopi panas yang mengepul diatas meja kecil dekat radio membuat Suzy kembali duduk. Aroma khas kopi menyambutnya, menusuk hidung dan badannya menghangat. Suzy tertawa kecil, mengambil mawar dan menciumnya. Ada notes disana, ‘Lain kali pakai nama kamboja. Mungkin aku akan membawamu kekuburan! Oh, lihat wajah kesalmu, menggelikan!’ ia memutar mata dan melempar note itu.

“Minho! Keluar! Aku tau Kau di balik pintu!” Suzy menyilangkan lengan dan memasang wajah marah dibuat-buat. “Hey! Harusnya itu ekspresiku” sungut Minho begitu masuk dari balik pintu. Ia beringsut duduk didekat Suzy. Mendorong ujung hidung gadis itu dengan telunjuk, “Jadi, Mawar? Apa maksudmu menelfon? Harusnya Kau belajar untuk ujian universitas beberapa bulan lagi” Suzy menekuk lututnya dan menyandarkan kepala menghadap Minho. Hal yang sama dengan Minho lakukan setelahnya. Mereka saling berhadapan dan saling memandang, “Aku kehabisan bahan bahasan,” bibirnya mengerucut menunjuk kardus terbuka yang beberapa isinya bergelimpangan dilantai hingga membuat basah dibeberapa bagian, “Kau sudah menyelesaikan semuanya? Kau ajaib!” takjub Minho. Kardus itu berisikan soal-soal beberapa tahun lalu juga prediksi-presdiksi untuk ujian nantinya. Dan semua itu baru difoto copy dua minggu yang lalu.

“jika orang dapat sukses dengan satu peruntungan, maka peruntungan itu bukanlah takdir semata, melainkan kerja keras” Minho diam, menjangkau mawar yang tadi dibelinya ketika akan kemari, “Jadi, Kau sudah tau ingin menjadi apa?” Suzy mengangguk pasti, meluruskan kakinya dan bersandar pada tembok. “Dokter” Suzy diam sejenak, ragu akan katanya sendiri, bukankah itu impian Eonni? “Aku ingin menjadi dokter” putusnya kemudian.

Minho menarik nafas, membaringkan kepalanya dipaha Suzy dan mengangkat mawar di depan wajah gadis itu. “Tidakkah itu terlalu tinggi?” kening Suzy berkerut, jemarinya menelusup ke celah-celah rambut Minho, mengusapnya pelan, “cita-cita harus digantung setinggi mungkin.”

“Untuk diraih. Apapun caranya!” tambahnya sebelum Minho mendebatnya lagi.

“jadi Kodok, Kau sudah tau masa depanmu akan bagaimana?” Suzy bertanya dengan nada mengejek. “Aku akan menjadi suami seorang dokter, apa lagi? YYA!” Pekiknya begitu Suzy memukul kepalanya sedikit keras.

“Aku tidak akan menikah denganmu, kodok!”

“Aku tidak bilang suami mu, Aku bilang suami dokter, memangnya dokter wanita hanya Kau saja?” Minho tertawa menang, Ia bangkit dan mendekatkan wajahnya pada Suzy, “Aku juga akan menjadi dokter” bisiknya.

Suzy diam, merasa dirinya masuk kedalam kejernihan mata Minho, namun kemudian dia sadar dan tertawa keras. “Hey Minho, Kau ingin menjadi dokter? Melihat darah saja takut!”

“Jangan mengejekku, Kau menyebalkan!” Minho membalikkan badan pura-pura sebal, “Omo, kyeopta Minho, sini peluk sini” Suzy merentangkan tangannya, membuat Minho tak tahan dan berbalik memeluk gadis itu. “Nah, sekarang Kau membuatku ingin menciummu hingga mati” Minho melepas pelukan dan berlari sebelum Suzy menendang dadanya seperti biasa.

♥♥♥

“Suzy, tau apa itu mawar?” tanya Minho. Ia masih setia mengamati bunga merah dengan kelopak indah itu. Suzy tengah menuangkan minuman dingin yang baru saja dibeli Minho setelah mereka benar-benar lelah berlari hampir satu jam mengitari rumah kecil ini.

“Cinta?” tanya Suzy, “terimakasih” Minho menaruh mawar itu pada vas kecil tinggi dan menerima gelas berisikan lemon tea. Dingin. Mereka tertawa setelah mengatakan hal yang sama. Tidak ada orang aneh seperti mereka yang menikmati sensasi mint lemon tea di cuaca dingin menusuk tulang.

“Mawar itu seperti cinta” Minho mengerutkan kening, duduk di rak pembatas dapur yang dulu dibuatnya dengan mencuri beberapa triplek dan kayu saat ada pembangunan di sebrang jalan.

“Ia begitu cantik, begitu menenangkan, aromanya wangi” Suzy menggembungkan sebelah pipinya. Tiba-tiba ia teringat eomma appa yang memilih jalan bercerai untuk kisah cinta mereka. “Namun jika kau sembarangan menggenggamnya, duri itu akan menusuk tanganmu, membuatmu mengeluarkan darah segar yang begitu perih” Suzy menghela. Mungkin kedua orang tuanya telah sembarangan dengan cinta mereka, menggenggamnya dengan salah, hingga akhirnya hanya menyisakan kepedihan.

“Dasar jelek” Suzy tertawa. Disaat orang lain akan menyerukan maaf atau menghibur sahabatnya disaat begini, Minho malah mengatainya. Kepalan kecil berkali-kali meninju lengan atas Minho. Lelaki itu menjulurkan lidahnya, “Mawar itu bunga. Akukan tanya, apa itu mawar, bukan artinya, kenapa Kau mendadak mellow?”

“Aku membencimu” sebal Suzy. Setidaknya Minho tidak harus mengejeknya sampai sini, “sayangnya Aku menyukaimu Mawar. Mawar, nikahi Aku, mawaaaar” Suzy dan Minho kembali saling kejar begitu lengan Minho membuka lebar dan siap merengkuh tubuh ramping Suzy.

♥♥♥

Suzy tidak pernah sekalipun membayangkan akan begini. Sulitnya hidup sering kali mencekiknya. Untuk makan saja Ayahnya harus bekerja mati-matian. Dan setelah Ayah meninggal, tentu Suzy harus menanggus semua itu sendirian. Ia tau, sangat tau bahkan bahwa Kim Taeri –ibunya- hidup berkecukupan.Begitu pula dengan kakaknya –Irene Bae- Suzy begitu mencintai Irene dulu, hanya saja, Kim Taeri benar-benar berusaha jauh dari Suzy mengingat betapa benci ibunya itu padanya, membuat diri Suzy membenci Ibunya sendiri, dan Ia tidak begitu yakin rasa sayangnya pada Irene masih sama dengan besarnya dengan dulu.

“Tidak diangkat?” Suzy menggeleng pelan. Menutupi rasa kecewanya yang sesungguhnya sudah terlanjur tercetak. “bukannya tidak diangkat, tapi dia mengganti nomornya, mungkin ponselnya hilang” Suzy tersenyum akan kalimatnya sendiri. Hilang? Irene bukanlah seorang yang ceroboh.

“Tidak usah memperdulikannya!”

“Kenapa? Dia kakakku Minho” Suzy berkata dengan lembut, meski hatinya sendiri menyetujui Minho. “Kakak? Yang meninggalkan adiknya dalam keterpurukan dan hidup berkecukupan di negara orang? Kau masih menganggap orang itu kakak? Suara Minho terdengar nyaring. “Ini bukan salahnya Minho, kami sama-sama tidak mengerti saat itu” Suzy yakin, Irene akan membawanya pergi jika saat itu ia memiliki kekuasaan.

Minho menghela, tidak mengerti? Irene bahkan sudah berumur 14 tahun saat itu. Hanya anak idiot yang tidak mengerti situasi ketika itu!

“Mungkin dia sibuk. Besok aku akan ke perpustakaan mengirimkan email padanya” Minho pasrah. Suzy adalah orang paling keras kepala yang pernah ada.

Bagi Suzy, hidup sempurnanya dulu bukanlah apa-apa. Dulu ia memang seorang putri. Memiliki keluarga kelas atas, kasih sayang, Ibu yang mencintainya lebih dari apapun, Ayah yang selalu memerhatikannya, dan kakak perempuan yang membagi tawa serta keceriaan setiap waktu. Namun, Ini lah kehidupan. Rumit dan berliku. Hidup tidak akan sama, tidak akan datar, dan tidak akan selalu sempurna. Untuk bagian ini, Suzy menikmatinya, berusaha mati-matian menerima hidupnya. Life, is never flat.

“Oh ya Minho, Kau sudah belajar fisika?” Suzy mengusap air matanya yang sempat menggenang. Menampakkan wajah kelewat riang dan membesarkan matanya, bermaksud mengejek betapa belonya mata Minho.

“Bagus Suzy. Pengalihan pembicaraan yang buruk”

Suzy berdecak, “jawab saja, Aku akan mengajarimu jika belum” mendengarnya, Minho mencubit pipi Suzy dan tersenyum lebar. Membiarkan Suzy berusaha melepas jemarinya dari sana, “Aku akan menjadi aktor, bukan saintis.”

“beberapa jam yang lalu seseorang mengatakan padaku Ia akan mengambil jurusan kedokteran”

“Ya, itu kan hanya main-main”

“Penakut!”

“SUZY!”

♥♥♥

Irene Bae baru saja menjadi sarjana minggu lalu. Wanita bertubuh mungil dengan wajah lucu seperti boneka itu telah resmi menjabat sebagai sekretaris salah satu perusahaan swasta terbesar. Atasannya, CEO Lee yang merupakan seniornya dulu di Jepang membuat Irene sedikit gugup dihari pertamanya.

Rambut lurus itu terurai, ujung-ujungnya berwarna kemerahan, dan aromanya begitu wangi. Onew berhenti dibelakang wanita dengan tinggi sebahunya. Ia memejamkan mata sejenak, dan begitu denting lift berbunyi, Ia ikut masuk kedalam.

Hanya ada mereka berdua. Ketika Irene akan menekan nomor lima, jarinya bersentuhan dengan jari lain yang akan menekan nomor yang sama. Ia berjengit, memutar kepala dan mendapati dirinya kian gugup hingga wajahnya memucat. Mati! Ini kan Onew Lee!

“Apa Aku mengenalmu?” Onew mengerutkan kening karena ditatap demikian menakutkan. Wanita dihadapannya menggeleng kaku. Tapi Onew merasa pernah bertemu dengannya. “Aku merasa Kau tidak asing” jelas Onew kemudian. Ia berusaha mengingat dimana pernah menemui wanita itu, “Aku Onew Lee” uluran tangan itu disambut dengan uluran tangan yang lain. Sambutan yang terasa dingin, “Kau berkeringat” dengan begitu Irene menarik cepat tangannya dan mendumel dalam pikiran, menganggap telah memberikan kesan tak baik pada bos nya.

“A-Aku Irene Bae” Ia menunduk cepat. Lift terbuka, namun ttak satupun dari mereka keluar. Irene menunggu bos nya keluar lebih dulu, tidak baik baginya mendahului atasan. Sedangkan Onew , Ia baru ingat bahwa sekretarisnya bernama Irene Bae, dan ia bersyukur akan bersama wanita muda yang cantik, bukan wanita tua genit yang dulu sempat dilihatnya diperusahaan. “Nice to meet you, miss bae” Irene mengerjap dua kali ketika melihat sudut bibir Onew tertarik sebelah, “it was a pleasure” balas Irene kalem. Lift kembali tertutup, Irene dan Onew sontak saling pandang lalu tersenyum canggung.

♥♥♥

Irene mendesah berat dimejanya. Ruangannya tepat disebelah ruangan Onew , tentu saja. Namun ia tidak dapat berkonsentrasi dihari pertama.

Perasaan tidak nyaman selalu menggerogotinya sejak tiga hari yang lalu. Saat ia menginjakkan kaki di Seoul. Kota ini terlalu menekankan banyak kenangan buruk untuknya. Irene tidak menyangka harus menghabiskan sisa hidupnya di Seoul.

Ponselnya bergetar, Irene tersentak dan serta merta meronggoh kedalam tas, “bagaimana hari pertamamu, Sayang? Menyenangkan? Apa ingin kukirimkan makan siang?” pertanyaan beruntun dengan nada kelewat semangat menyambutnya, bahkan sebelum Irene benar-benar menempelkan ponsel itu ditelinganya. Tawa kecil Irene menenangkan paruh baya disebrang sana, “Ibu, Aku bahkan baru tiba dan Kau sudah menelfon,” Irene berhenti sejenak, melihat sekeliling, kali saja ada kamera disini dan seseorang tengah memonitorinya dari balik layar, “Bu, bisakah Aku telfon nanti saja? Aku sedang bekerja, Aku janji menelfonmu saat jam makan siang, Aku mencintaimu” Irene sedikit was-was karena memang ada kamera dipojok ruangan, “Aku juga, sayang” dan telfon itu buru-buru dijauhkan setelah ditutup. Tidak baikkan menelfon saat bekerja, kecuali itu mendesak dan penting.

Telfon kembali berdering, kali ini bukan ponselnya, namun telepon perusahaan. Irene berdeham sebentar, “Aku sudah mengirimkan beberapa berkas ke email mu, buka dan berikan pada CEO Cho,” lalu telpon itu ditutup sepihak. Irene heran, kenapa orang-orang senang sekali tidak membiarkannya berkata hallo. Dan siapa pula itu tadi? Menelfon tiba-tiba, menyuruh membuka email dan print berkas? Suaranya saja cempreng. Irene yakin suara itu hanya milik karyawan biasa yang suka seenaknya.

Dengan kesal Irene menghidupkan komputernya, mendesah sebentar lalu membuka surai. Ada ribuan email masuk yang sudah bosan dilihatnya, “Eoh?” dibukanya email atas nama Onew Lee. “Kyuhyun Cho?” tanya Irene. Ia mengangkat bahu dan segera mengunduh lampiran di sana. Menunggu dan kembali melihat jumlah emainya yang memang tak berniat dibuka.

Mendadak Ia ingat email pertamanya yang sudah sejak lama diganti password oleh Ibunya.

“Suzy Bae” lirihnya, Ia mencoba keluar lalu memasukkan alamat surai lamanya. Mendesah frustasi begitu passwordnya salah. Ia tidak dapat berhubungan dengan Suzy, terlebih beberapa hari yang lalu kartunya benar-benar dimusnahkan oleh Kim Taeri. Dulu, ponsel itu selalu berdering, meski Irene tak dapat mengangkatnya karena ponsel tersebut dibawah kekuasaan Ibunya, Irene masih merasa lega dengan nama Suzy Bae memenuhi layar. Itu berarti Suzy baik-baik saja.

Setelah mengunduh dan print seluruhnya, Ia menghapus semua kotak masuk di surainya. Sial! Kenapa Ia tidak pernah ingat alamat email Suzy?Irene lalu Menatap datar monitor dan merapikan lembaran-lembaran yang baru saja tercetak.

♥♥♥

Irene masuk setelah Onew memersilahkannya. Sebelumnya, Ia menarik sudut-sudut kemejanya dan melangkah dengan sedikit lamban, “Ini dari Kyuhyun Cho” alis Onew bertautan begitu mendengar sebutan Kyuhyun Cho. Gadis ini tidak tau siapa yang dikatakannya Kyuhyun Cho? Onew menggeleng kecil dengan senyum mengejek, “Kau bisa pergi sekarang” Irene mengangguk sopan dan permisi.

“Oh ya, Irene,”

“Ye?”

“bisakah rambutmu digulung rapi keatas? Seperti pegawai lainnya dan kenakan blazer untuk menutupi kemeja tipismu. Itu tembus pandang”

Bola mata gadis itu hampir saja melompat di kalimat terakhir. Dan nafasnya tersekat melihat senyum menyebalkan itu lagi, “baiklah”

“Satu lagi, jangan kenakan bra hitam saat memakai kemeja putih itu” dengan begitu Irene buru-buru keluar dan berlari kecil keruangannya. Apa Onew baru saja melihat tubuhnya? Hey! Lelaki itu mesum! Astaga!

♥♥♥

END (?) Tbc..

SIDERS? SILENT READERS? BERBAHAGIALAH ANDA, KARNA PART 3 BAKAL SAYA PROTECT. BUAHAHA *tawa nista!

Ini dia FUTURE yang udah direvisi. Semangat Suzy dan MInho disini masih sama dengan semangat si kakak yang aku ceritain sebelumnya, di kehidupan nyata.

Aku ga jadi ambil seluruhnya dari kisah nyata karna kak itu ga bolehin. Hiks/?

Aku udah minta ijin sama sikakak, katanya jangan. Tapi kalau ambil bagian-bagiannya aja ga apa. Yaudah, Aku ambil itu aja, konfliknya beda.. duh.

Oh ya, ABOUT US harusnya udah di post. Masalahnya, itu aku ulang lagi seluruh part 5nya. Soalnya kehenti/? sama Myungsoo yang katanya main drama bareng Krystal/? wkwk, myungstal happy nih. *can’t wait for drama >.<

Gimana kalo about us endingnya jadi Sehun-Suzy, Myungsoo-Krystal? xDDD

Buat HannaSitter, itu mungkin bakal ending di part 5 atau 6. Ga kaya Future yang masih galau ending di part berapa, atau About Us yang alur ceritanya ku ubah lagi . Bah…

Oh ya, Aku juga mau bilang kalo aku bahagia akhirnya dapet sosok kakak buat suzy di FF xD big thanks to Irene Bae ❤

71 thoughts on “FUTURE [Prolog & Part1]

  1. Ping balik: FUTURE [Part 5] | Oskab Im Story

  2. aigoo menarik nih ceritanya ,penasaran sama hubungannya minzy ,itu hanya sahabatan ?gak bisa lebih ?! #plak xD si epil belum nongol yakk??loncat ke chap 2

    Suka

  3. Hai hai thor~ ini wp baru ya? Hehe maap kepo

    Udh lama bgt ga baca ff minzy jadi ingin menyegarkan kembali “ingatan” ttg mereka hehe maklum abis patah hati suzy dating sama minho lain hehe😂

    Tapi intinya ff kamu keren allways bikin aku senyum2 sendiri haha

    Oke ijin baca next chapter yaa😁

    Suka

Tinggalkan komentar