FUTURE [Part 2]

suzy minho minzy krystal minstal myungsoo myungzy irene kyuhyun onew lee choi cho ff fanfiction romance comedy school bagus recomendation rekomendasi keren silah oskab im gotzy markzy myungzy bae sad happy lucu romance family friedship tumblr cerita cerpen cerbung

FUTURE
Part 2
Falling in love huh? With a student?
OSKAB IM
Suzy, Minho, Kyuhyun, Irene, Onew
Friendship, Family, Romance
PG-13

Part 1 | Part 2 | Part 3

♥Warning! Typo everywhere!

Kami terbiasa menggoda satu sama lain. Terbiasa memanggil sayang satu sama lain. Terbiasa menyerukan kata benci satu sama lain.

Meski semua hanya candaan, namun Kami memahami, betapa Kami menyayangi satu sama lain.

♥♥♥

Part 2

Suzy terbangun lebih awal pagi ini. Hawa dingin yang kembali muncul setelah beberapa jam hujan membuatnya takut untuk mandi dengan air dikamar mandinya. Dengan mulut megap-megap dan badan kaku, Ia berusaha bangkit dan melangkah.

Mata bulatnya melirik jam yang jarum pendeknya menunjuk angka antara empat dan lima, “Aku masih dapat sarapan,” Ia kemudian mengambil panci dan memanaskan air disana.

Sambil menunggu, Suzy memasak telur mata sapi dan menyiapkan roti untuknya. Tak perlu dibakar karena Ia memang tak memiliki panggangan roti. Cukup mengoleskan saus yang tersisa separuh botol dan mengangkat telur yang telah matang keatasnya.

Begitu air mendidih, Suzy memasukkannya kedalam bak besar. Mencampur air panas itu dengan air dingin disana. Rasa hangat mengalir dari ujung jemari hingga telinganya, Suzy tersenyum. “hidupku terlalu menyenangkan,” ucapnya sarkatis.

Setelah bersiap dengan seragamnya, Suzy mengambil roti yang telah mendingin karena angin pagi menembus dinding rumah. Memakannya dengan nafsu berlebihan dan tersedak mendapati kaus kakinya yang bolong dibagian atas, “Demi apapun! Aku tidak memiliki kaus kaki yang lain lagi!” Seingatnya, ini kaus yang tersisa setelah dua kaus lainnya benar-benar tidak layak pakai. Suzy menyimpan sisa rotinya damam box mini.

Gadis itu memijat kepalanya. Jika robek dibagian bawah, itu hal yang biasa. Tidak satupun dari temannya akan melihat bagian bawah kaus kakinya, namun robekan ini dibagian atas, dengan lubang cukup besar untuk memasukkan koin kesana!

Dengan jemari yang sibuk membuka ikatan koran, Suzy mengingat-ingat dari mana asalnya robekan itu. Kemarin ia hanya dirumah seharian, berlarian dengan Minho, oh! Itu tidak mengenakan kauskaki, lupakan. Kemarin lusa Ia hanya bekerja dan sekolah seperti biasa, kepasar untuk – mencuri – beras- dan berlari karena ketahuan. Badan gadis itu merosot menyadari bahwa Ia sempat berhenti berlari karena kausnya tersangkut kayu berpaku didekat rel kereta.

Jangan bayangkan Suzy tinggal di Seoul didaerah dimana kau menemukannya dengan pakaian serba mewah dan lingkungan yang menyenangkan. Ia hanya tinggal dipinggiran kota, dengan kawasan kumuh dan rumah mungil peninggalan Ayahnya. Mereka pindah kesana setelah Suzy berumur sebelas tahun, dimana Ayahnya dipecat atas tuduhan kasus korupsi yang sebenarnya hanya untuk menjatuhkan jabatan Ayahnya. Hingga akhirnya kehidupan mewah bak tuan putri itu musnah.

Suzy menggeleng, tidak boleh memikirkan masa lalu, apa lagi mulai membandingkan kehidupan dulu dan kininya.

Pagi ini, Suzy masih harus mengantarkan koran yang pagi tadi sudah ada di kotak besar depan rumah yang dulu sengaja dibuat Ayah untuk menaruh barang kiriman.

Pandangannya kemudian tertuju pada tembok disamping kamarnya setinggi hampir satu meter. Karton hijau usang yang tertempel dan coretan tangan Ayah disana membuatnya tersenyum. If I Had Six Hours To Chop Down A Tree, I’d Spend The First Four Hours Sharpening The Axe. Dan ada tanda cinta juga nama Ayahnya tertera disana.

♥♥♥

“Suji-ah, lihat ini,” Bae Yong Joonmendorong kursirodanya sendiri kearah Suzy dan membuka gulungan karton. Suzy yang baru saja berulang tahun kesebelas berlari kecil, memeluk Ayahnya dan membulatkan mata polos, “Appa menulisnya sendiri?” Suzy merasa takjub. Karena selama ini mereka hidup diistana dan semua serba ada. Ayahnya tidak akan membuat sesuatu seperti ini untuk hadiah ulang tahunnya sementara mereka dapat membeli satu paket barbie keluran terbaru atau hal lainnya.

Yong Joon tersenyum perih, mendongak dan mencium anak bungsunya, “Maaf, Appa tidak bisa membelikanmu mainan” ia menatap keseluruh rumah barunya dan mendesah berat.

Suzy menggeleng tegas, “Ani Appa! If i had six hours to chop down a three, i’d spend the first four hours sharpening the axe, apa artinya?” kening Suzy berkerut dalam, wajahnya terlihat lucu membuat Yong Joon tak tahan utuk tidak mencium pipi bulatnya, “Itu artinya, persiapan itu jauh lebih penting dari segalanya. Bayangkan jika Kau langsung memotong pohon dengan kapakmu tanpa diasah. Mungkin enam jam tidak cukup untuk memotongnya”

♥♥♥

Suzy mencium karton itu dan berdiri. Ia kembali tersenyum, “Lihat Appa, anakmu hampir selesai mempersiapkan empat jam pertamanya,” menghela sejenak lalu meneruskan, “Doakan Aku agar kapak itu tajam dan dapat memotong pohon dengan sangat mudah.”

“Kau sudah bersiap” suara Minho mengejutkan Suzy. Ia bahkan sempat terlompat. Gadis itu lalu berbalik dan menyilangkan tangannya didada, “Masuk sembarangan!” Ya, Suzy memang selalu begitu pada Minho, kecuali saat membahas keluarganya. Ia akan berubah menjadi gadis baik-baik yang rapuh.

“Kau tidak memakai kaus kaki? Ayo!” titah Minho tak peduli pada aksi pura-pura ngambek Suzy, juga tidak peduli akan kaki polos Suzy. Ia menarik lengan kurus itu keluar dan mengunci pintu Suzy, menaruh koran-koran dalam keranjang sepeda dan menepuk bangku belakang, “Ingin terlambat?” Minho menaikkan sebelah alisnya. Suzy pasrah, Ia lalu duduk dikursi belakang walau sebenarnya Ia punya sepeda sendiri, “jadi Kodok, ada apa tiba-tiba menjemputku? Ah, Kau mulai tertarik denganku ya” Suzy mencolek pinggang Minho lalu tertawa menang, “Mawar, Aku hanya kekurangan uang jajan, nanti setelah Kau menerima gaji koranmu, bagilah sedikit pada sahabat tampanmu ini,” Minho memasang nada memohon yang menjijikkan. Suzy memutar mata, “kenapa Aku harus membagimu Kodok jelek?”

“Karena Aku sudah rela mengantarmu keliling kompleks,” Suzy mencubit keras pinggang Minho hingga lelaki itu meringis kesakitan dan memberhentikan kayuhan. “Mawar!” keluhnya. Suzy kembali mencubit pingganya, kini bagian yang lain, “Suzy, Suzy Bae” tekannya.

“Padahal yang memberi nama mawar bukan Aku yang mulai” dumel Minho masih mengusap pinggang, “Kodok jelek, Kau ingin Aku dipecat? Ayo jalan lagi. Rumah-rumah itu menunggu korannya,” Suzy mengalihkan pembicaraan.

Angin pagi yang dingin menerpa wajah mereka. Minho lebih kedinginan lagi karna Ia yang didepan. Sementara Suzy terlindung oleh punggung kokohnya.

Ia tersenyum begitu Suzy mengeratkan pegangan pada pingganya. Minho sengaja menjemput Suzy karena kemarin gadis itu tampak menggigil. Ia tau betul Suzy tidak begitu tahan pada cuaca dingin. Dan Minho rela membagi punggung hangatnya demi sahabat tercintanya.

Beberapa saat kemudian, kepala Suzy sudah menempel pada punggung Minho. Rasa nyaman yang ditawarkan lelaki itu membuatnya tidak tahan untuk kembali tertidur. Ia lelah. Semalaman membuatkan tugas kimia dan sastra korea empat siswa dari sekolah lain. Pekerjaan sampingan lainnya.

Minho mengantarkan koran-koran itu dengan sangat hati-hati, tanpa turun dari sepeda sehingga Suzy tidak terganggu. Ia hapal luar kepala mana saja rumah-rumah yang menjadi langganan. Karena biasanya Minho juga selalu mengikuti Suzy namun dengan sepeda berbeda, meski ujung-ujungnya Suzy akan berteriak untuk tidak mengikutinya, Minho akan keras kepala untuk terus menolak. Selain tidak memiliki kegiatan lain dipagi hari, Minho sebenarnya agak khawatir membayangkan Suzy berkeliaran dipagi buta, dimana matahari belum benar-benar marangkak dari ufuknya. Suzy adalah gadis cantik! Alasan yang sama untuk tidak memperbolehkan Suzy mengikuti festival budaya.

Suzy terbangun saat roda sepeda berhenti. Kepalanya terangkat dan mendapati Minho yang memutar setengah badan menghadapnya dengan senyum bodoh yang menyebalkan, “Sudah bangun Mawar Bae? Kudengar kemarin lusa Kau mencuri beras?” Ia bertanya dengan tenang, membuat Suzy membuang muka mendengar Mawar yang dipadukan dengan Bae. Mawar Bae. Sepertinya Minho memang tidak dapat dikalahkan, lelaki itu mengesalkan seribu kali lipat sekarang.

“Minho, dimana kita?” Minho berdecak kalimatnya tidak ditanggapi, “hampir kesekolah,” Suzy mengangguk setelah menyadari lokasinya. Kemudia Ia melotot, “putar arah Minho! Kesekolah di gang sebelah! Aku harus mengantarkan tugas Naeun dan teman-temannya!”

♥♥♥

Minho menggeleng dengan wajah malas begitu Suzy mendapatkan beberapa lembar uang dari Son Naeun, “Kau melakukan segala cara. Apa hidupmu sesulit itu Miss Bae?” tanya Minho.

I just follow my heart. Dan hatiku berkata itu benar dilakukan” Suzy berkilah. Berjalan kearah sepeda dan naik dibangku belakang, “Ya ya.. follow your heart. But don’t forget you have a brain. Apa otakmu berkata ini benar?” Minho selalu tidak menyukai sisi Suzy yang ini. Begitu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Hidup mereka memang susah, namun mengerjakan tugas sekolah orang lain? Itu akan memperbodoh si empunya tugas.

“Hatiku saja berkata benar, apa lagi otakku” tawa Suzy berderai, dan Minho hanya dapat berdecak lagi.

♥♥♥

Irene mencoba mencari informasi Suzy melalui dunia maya. Jejaring sosial yang paling utama. Sayangnya, Adiknya itu benar-benar seperti hilang ditelan bumi.

Tiba-tiba saja Ia ingat akan rumah lamanya yang begitu tak layak huni. “Apa Suzy masih disana?” Irene kemudian mengingat-ingat nama jalan dan letak rumahnya. Dan ia kembali frustasi mengingat lokasinya terletak dipinggiran Seoul sementara dirinya berada ditengah kota.

“Kapan bisa mencarinya!” pekiknya kesal. Ia disibukkan dengan pekerjaan baru dan buncahan kerinduan tak tertahankan akan Suzy selalu menghantui.

♥♥♥

Kyuhyun Cho merenggangkan tangannya. Udara pagi yang dingin menggodanya untuk keluar dengan boxer dan kaus dalam tipis. Mungkin hanya dialah orang gila yang menikmati cuaca seperti ini.

Aroma pagi masuk kerongga dadanya dan memenuhi paru-paru. Kyuhyun mengintip dari balik celah pagar menjulang. Ini hari ketujuh Ia disini. Setelah meyakinkan orang-orang pinggiran untuk pembangunan rumah mall dan rumah susun dibawah naungan perusahaannya, kini Ia bebas bernafas tanpa beban. Siang nanti lelaki pekerja keras ini harus kembali ke kota. Menghirup hiruk pikuk kepadatan kota dan asap kendaraan yang membuat siapa saja mual. Ya, meski Kyuhyun akan menghidupkan AC, tetap saja Ia mual melihat betapa sumpeknya kota.

Pikirannya kemudian melayang pada Irene Bae. Gadis yang diam-diam sempat dikaguminya saat kunjungan beberapa bulan di salah satu universitas Jepang dulu. Irene sangat menyukai aroma dingin pagi yang menenangkan. Gadis itu akan dengan senang hati menghirup dalam dingin yang menusuk ini dan tersenyum lebar sebelum akhirnya menggigil. Kyuhyun tersenyum tipis lalu menggeleng. Sekarang Ia merasa bodoh sendiri karena sempat menyewa rumah tepat disebeah rumah gadis itu hanya untuk melihatnya membuka jendela, merenggangkan tangan dengan wajah khas bangun tidur dan tersenyum kearah bunga disekitar balkon. Ya, setidaknya kini Kyuhyun tau, bahwa perasaannya pada Irene saat itu hanyalah rasa kagum semata. Kyuhyun masih belum dapat merasakan getaran lain dihatinya.

Segulung koran terbang dari balik pagar dan mendarat disampingnya. Kyuhyun mengerutkan kening. Mungkin ini koran langganan milik Ahn Taekyung –kepala pemerintah didaerah ini- yang tiap pagi diantar. Ia tidak ambil pusing, tanpa berniat mengantar koran kedalam, Kyuhyun mengenakan jaket dan celana training yang tadi dibawanya. Kembali merenggangkan tangan dan berlari kecil membuka pagar.

Saat itulah waktunya seolah berhenti. Ia tepaku, melihat seorang wanita dengan rambut legam terurai. Wajahnya menempel pada punggung lelaki yang berhenti tiap didepan rumah untuk meelempar koran. Ia tidak benar-benar dapat melihat wajah gadis itu. Namun kejanggalan mulai dirasakannya. Kyuhyun tidak mengerti bagaimana dirinya tidak dapat mengalihkan pandangan dan terus saja melihat gadis itu.

Mendadak, angin yang tadinya dingin terasa hangat. Semakin menghangat saat angin meniup rambut dan wajah wanita itu tampak jelas olehnya. Jantungnya berdetak lebih dan Ia merasa akan mati saat itu juga. Ada rasa geli dibagian perut yang membuatnya tersipu. Apa? Seorang Kyuhyun tersipu?

Itulah kali pertama Kyuhyun merasa ingin mengejar seseorang tanpa alasan.

Bagaimana bisa?

Kyuhyun menggeleng, menunduk lalu menertawai dirinya sendiri. Falling in love huh? With a student? Pemikiran gila. Ia tidak mungkin jatuh cinta begitu saja dengan memandang seseorang yang tertidur diatas sepeda, terlebih yang dilihat itu memakai seragam sekolah. Mustahil.

Namun hatinya memaksa untuk terus melihat wajah gadis tadi, dan saat ia kembali mengangkat kepala untuk melihat, mereka telah berbelok diujung gang. Kyuhyun mengaku, Ia tidak dapat berbohong bahwa dirinya baru saja kecewa dan rindu. Rindu? Anehnya, ia merasa rindu dalam beberapa detik setelah paras masin dengan kulit putih polos seperti bayi itu menghilang.

Tiba-tiba saja Kyuhyun merasa tidak ingin pulang. Tiba-tiba saja, ia bertanya siapa gadis itu, dan siapa pula lelaki yang mengayuh sepeda?

Tebak-tebakannya terhenti saat ponselnya berusaha mengembalikan Kyuhyun kealam nyata. Ia memutar mata begitu nama Sungmin memenuhi layar, “Halo?”

“HALO?! KAU BILANG TIGA HARI! INI SUDAH SEMINGGU, SE-MING-GU!” Suara cempreng sekretaris itu memekakkan telinganya. Kyuhyun bersumpah akan mengubur ponselnya hiup-hidup setelah ini. Tidak, Sungmin lah yang harusnya dikubur hidup-hidup!

“Ingatkan Aku untuk memecatmu” Kyuhyun berkata dengan penuh kuasa.

“Kau yakin harus ku ingatkan? Bukannya Kau terlalu cerdas untuk melupakan hal semacam itu?” terdengar nada ejekan dari Sungmin, “lagi pula, jika Kau memecatku, Kau memerkerjakan siapa? Wanita? Aku tidak yakin” kali ini Sungmin benar-benar membuatnya bungkam.

Kyuhyun memang seorang yang tampan. Dengan mata tajam, smirk khas, rahang tegas, rambut yang dipotongberantakan, tinggi menjulang, juga hidungnya yang runcing. Terlalu tampan bahkan, ditambah dengan kemapaman dan kecerdasannya yang diatas rata-rata. Siapapun akan tergila-gila padanya, termasuk seorang pria sekalipun. Hanya saja, Kyuhyun terlalu kaku dan tidak nyaman berada didekat wanita. Itulah mengapa Sungmin –temannya semasa kuliah- menjadi sekretarisnya, meski Sungmin terlalu semena-mena dan sulit diandalkan.

Berbicara tentang wanita, apa lelaki ini sudah mengatakan bahwa Ia ingin tinggal sekiranya seminggu lagi disini untuk mengetahui wanita diatas sepeda yang mencuri perhatiannya?

“bagaimana proyek itu?” Kyuhyun tampak sama sekali tidak berniat membalas ejekan Sungmin, membuat lelaki disebrang sana tertawa penuh kemenangan. “sudah kuserahkan pada sekretaris CEO Lee”

Kyuhyun berdecak, memasukkan tangan lainnya yang bebas kesaku celana, “sekretaris yang tua itu? Aku tidak yakin dia bisa membuka surai”

“Kau terlalu lama disana. Onew Lee sudah mendapatkan sekretaris baru yang muda” Alis Kyuhyun naik sebelah, “oh”

“OH?! Respon apa itu!! Harusnya Kau mulai bertanya, apa dia cantik? Berapa umurnya? Apa dia memiliki kekasih? Apa pria idealnya sepertiku? Begitu, baru namanya lelaki”

Kyuhyun memutar mata. Itu tidak penting, sungguh. Yang terpenting sekarang, “Sungmin, Aku akan memecatmu jika Kau berteriak” Kyuhyun mengambil nafas sejenak, “Aku akan disini seminggu lagi” dan telfon ia putus sepihak. Wajahnya tampak puas membayangkan Sungmin kini seperti orang kesetanan.

♥♥♥

Minho mengacak isi tasnya dan mendapati buku tugas biologinya kosong. Benar. Karena terlalu sibuk kerja dan mengisi siaran, Ia jadi lupa membuat tugasnya.

Mata belo itu melirik jarum jam yang sekiranya sepuluh menit lagi tepat jam tujuh. Dan Ia tidak akan sempat mengerjakan biologinya. Akhirnya ia pasrah

“Kenapa Kau pucat? Kukira Kau sudah sarapan” Suzy menyodorkan potongan roti terakhirnya pada Minho. Menjatuhkan diri dikursi sebelah, dan tertawa bodoh begitu melihat wajah jijik Minho pada roti isinya yang sausnya berlebih keluar.

“Aku lupa mengerjakan biologi” Minho mendesah dan menaruh kepalanya tak bersemangat diatas meja. Rasa dingin dari kayu meja menyambut pipi kanannya. Minho menggigil sesaat. Setelah tadi menahan dingin pagi demi mengantar koran, Ia menjadi agak sensitif. Entahlah.

Suzy menatap jam sejenak lalu menggeleng, “lihat? Aku beruntung mengerjakan tugas Naeun dan yang lainnya. Aku jadi ingat bahwa Aku juga punya tugas dan menyelesaikannya” Ia berkata bangga. Minho berdecak dan mengalihkan pandangan.

“salin milikku,” buku itu dilempar kearah Minho. Lelaki itu menatapnya datar, yakin tidak akan menyelesaikan satu nomor pun dari sepuluh soal dalam kurun waktu kurang dari sepuluh menit. Ini biologi, jawabannya panjang dan diambil dari berbagai sumber, bukannya soal berumus yang kadang bahkan tidak perlu nalar.

“tidak sempat” digesernya kembali buku itu pada Suzy.

“Oh” Suzy mengambil bukunya, membuka lembaran dan merobek bagian tugasnya, “YYA! Apa yang kau lakukan!” pekik Minho begitu Suzy dengan wajah tanpa beban merobek tugasnya sendiri. “Kau tidak ingin menyalin milikku”

“Jadi?” heran Minho.

“Aku menyalin dosamu”

Mereka diam, saling pandang lalu tertawa bersama. Minho tidak pernah mengerti Suzy. Gadis ini memiliki banyak sisi. Terkadang ia menggemaskan, terkadang Ia rapuh, dan terkadang Suzy dapat melelehkan hatinya. Meski bagian terakhir sepertinya selalu mendominasi.

Dulu, Minho mengenalnya saat memasuki jenjang SMA. Saat itu ia hanya sendiri, diantara keterpurukan Ia masih harus bersekolah demi adik kembarnya Jinri untuk mendapatkan pengobatan yang layak. Setidaknya jika Minho dapat berkuliah dengan jurusan yang mewakinkan dan pekerjaan yang layak, itu semua dapat terwujud. Namun sulitnya hidup kerap kali membuatnya frustasi. Jika bukan karena Suzy, mungkin Ia sendiri tidak akan disini, melainkan dikoran dengan berita jasadnya ditemukan tak bernyawa setelah menjatuhkan diri dari gedung.

Setelah mengenalnya, Minho tidak puas. Ia ingin lebih, ia ingin tau dimana Suzy tinggal, bagaimana kehidupan Suzy, apa makanan favoritnya, apa film kesukaannya. Untuk yang terakhir, Minho telah menabung untuk membeli dua tiket nonton. Suatu saat, ketika mereka benar-benar memiliki waktu luang, Minho akan mengajak sahabat tersayangnya itu nonton film kesukaannya. Sayangnya, Suzy tidak mempunyai film favorit. Ia menyukai semuanya selama itu bergenre action.

“Kodok jelek, jangan melamun, siap untuk hang out?” Suzy tertawa renyah. Minho mendorong dahi gadis itu, “dikeluarkan dari kelas tidak termasuk Hang Out Suzy Bae,” sahut Minho sekenanya. Ia lalu merangkul Suzy dari samping, “siap untuk kick out?

♥♥♥

Kalau ada yang bertanya mengenai gay, Sungmin akan menyerukan ‘Kyuhyun’ dengan penuh percaya diri. Bagi Sungmin, Kyuhyun adalah lelaki super aneh yang menjadi daftar pertama bahan olokannya, ya, setidaknya sampai lelaki itu tertarik pada wanita.

“Em, Kyuhyun Cho?” Sungmin dikagetkan oleh seorang wanita mungil dengan rambut digulung tinggi. Hanpir saja Ia tertawa lepas karena wanita itu sama sekali tidak cocok dengan style lama begitu. Itu adalah gaya lama sekretaris CEO Lee, dan mungkin Onew jugalah yang meminta wanita ini berdandan demikian. Pasti begitu karena Sungmin baru saja tau bahwa wanita ini adalah sekretaris baru Onew, jangan tanya dari mana Ia tau. Sungmin adalah seseorang yang amat terlalu senang bergosip bahkan bersama cleaning service kantor sekalipun.

“Bukan, Aku sekretarisnya” Irene mengerutkan kening. Ini kali pertama dirinya tau ada sekretaris laki-laki. Dan tunggu, bukankah ini suara cempreng yang kemarin menelfonnya, dan memutuskannya sepihak? Sialan! Ternyata itu hanyalah sekretaris, bukan CEO Cho yang terhormat itu

Tapi untunglah, karena jika benar yang kemarin melefon adalah CEO, Irene merasa tidak sopan karena memanggil Kyuhyun tanpa embel-embel apapun. Tunggu, bukankah tadi dia juga bertanya demikian pada lelaki dihadapannya ini? Semoga saja lelaki ini tidak ingat akan ucapannya.

“Aku disuruh menyerahkan ini” dinaikkannya folder berisikan lembaran-lembaran yang membuat Sungmin menghela panjang. Ini akan menjadi sulit dan benar-benar menumpuk sementara Kyuhyun akan tetap dengan liburannya dipinggir kota seminggu lagi. “baiklah, letakkan saja disini”

Kali ini Irene dibuat sedikit kesal karena nada kekuasaan itu. Jabatan mereka sama bukan? Tapi kenapa si cempreng ini terdengar seperti bos besar dan dia hanya seorang pembantu?

“ehm. Apa, CEO Cho sudah datang?” Irene menggigit bibir bawahnya begitu Sungmin menatapnya dengan pandangan tak mengenakkan, “Lee Sajangnim memintanya untuk bertemu” dan bernafas lega begitu lelaki dihadapannya kembali biasa, “Aku Sungmin” Aku tidak tanya. “Katakan pada Jinki, maksudku, Onew, bahwa si setan gila itu akan berada dipinggiran kota seminggu lagi. Sial” Irene memutar otak, memikirkan mengapa si Sungmin cempreng ini memanggil CEO Lee tanpa embel-embel, dan terlebih, ia memanggil atasannya sendiri dengan sebutan SETAN GILA?!

Mendengar pinggiran kota mengingatkan Irene pada Suzy, “Kalau begitu, Aku permisi” Irene membungkuk sopan, namun sebelum Ia berbalik, Sungmin memanggilnya, “Kau, siapa namamu?”

“Irene Bae”

“Irene, Kau tidak cocok dengan rambut yang disanggul. Lepaskan itu” Dan Sungmin dengan seenaknya masuk ruangan Kyuhyun setelahnya. Irene merasa kepalanya perih. Mengapa semua orang menyalahkan gayanya?

♥♥♥

Tbc.

Aku lagi gila sama cerita yang satu ini. Jadi maaf kalo yang lain rada ketunda xD

Oh ya, Ajakan yang lainnya baca-baca disini juga ya! haha.. disini masih sepi.

Satu lagi, disini aku mau buat kesan yang seidkit berbeda buat antagonisnya, keep waiting aja.

ABOUT US! astaga! setelah aku revisi, ternyata Aku ngerasa jadi monster karna ngebuat Krystal jahat banget. Gimana? mau diubah lagi apa yang itu aja yang di post?

 Last! Karena ada yang mau versi MyungZy nya, gimana kalo saya buat FUTURE Myungzy Ver? tapi di protect!! jadi, buat MyungZy shipper yang mau baca Future, tinggal inbox FB atau mention ke @atsilahhenderni

49 thoughts on “FUTURE [Part 2]

  1. Aaaah makin seru aja nih..
    Suka bgt sama kata2 appanya suzy, bikin aku tambah semangatt untuk mengasah kapak yg aku gunakan hehe

    Semangat.. Semangatt🙌

    Lanjut ke next chapter🏃

    Suka

Tinggalkan komentar